Puisi Maaf Untuk Ayah Dan Ibu Yang Menyentuh Hati

Puisi sedih tentang ayah dan ibu yang tulus memberikan cintanya kepada anaknya. Puisi ini juga mampu membuat semua orang menangis setelah membacanya.

Sebelumnya maafkan aku ayah ibu, Maafkan anakmu ini Ayah Ibu. Sejak lahir hingga dewasa aku selalu saja menyusahkanmu hidupmu Ibu. Tak akan bisa balas jasa-jasamu. Tak Akan Bisa Ibu dan Ayah. Meskipun aku memberimu rumah yang mewah untukmu, Tak akan bisa menggantikan kenyamanan rahimmu, saat ku menginap di sama selama sembilan bulan.

Ibu dan Ayah adalah cinta abadi, Sebuah cinta yang luar biasa, seseorang yang membantu mengatasi semua masalah Anda, dia adalah salah satu yang benar-benar peduli. Ibu, engkau segalanya bagiku, Ayah, engkaulah segalanya bagiku, aku sangat menyayangimu.

Cinta semua ibu dan ayah sama indahnya! Apapun profesinya, di manapun tempat kerjanya semua ibu punya cinta yang sama untuk anak-anaknya. Beruntunglah kita yang kecil bisa dekat dengan ibu dan merasakan cinta kasihnya yang sangat indah.

Ibu ada ayah adalah segalanya di hidupku, Kata kata tidak dapat mengatakan betapa aku mencintaimu. Betapa aku berhutang dan bangga. Aku harap ibu dan ayah juga tahu bahwa aku anakmu yang akan selalu ada untukmu.

Ketika puisi tentang ayah dan ibu ini anda bacakan, pasti semua orang yang mendengarnya tak kuasa menahan air mata karena terbawa oleh pembawanya yang begitu mendalam dan arti dari puisi ayah dan ibu ini yang menyentuh.


Puisi Maaf Untuk Ayah Dan Ibu

PUISI MAAF UNTUK AYAH DAN IBU


Ayah ... Ibu ...
Pagi ini sejuk udara hampiri kalbu.

Dingin gemetar membuatku pilu,
Sebuah hari yang bertahun-tahun kita tunggu,
Aku menangis menghambur memeluk sujud syukurku.

Ayah ... Ibu ...
Hari ini aku sambut langkahmu,
bukan lagi dengan rengekan manja,
dan aduhan tentang segala keluhanku.

Hari aku mencoba menuangkan segala bentuk pengabdianku,
berbentuk prestasi dalam beribu harapan.

Meski hanya satu dari seribu,
harapan mu yang kita tunjukan,
tapi Ayah ... Ibu ...

Detik ini kau lihat putrimu berdiri di depanmu,
bersama teman-temannya dengans angat bahagia.

Apa putrimu ini membanggakan mu Ayah,
Apa putrimu ini membanggakan mu Ibu,

Ribuan tetes keringatmu mendoakanku,
Saat kau antar aku ke suatu tempat,
dimana aku rela menjauh darimu.

Kau serahkan aku untuk di didik dan di bimbing disini,
Kau usap tangismu padahal setiap waktu kita saling merindukan.

Ayah ... Ibu ...
Hampir seribu delapan ratus hari,
aku selalu menggangu waktumu,
hanya untuk bercerita kepedihanku,
kesedihanku,
dan mengeluh tentang keadaan serta keinginanku.

Aku selalu merengek meminta meminta dan meminta,
dan saat itu pula,
kau selalu mengiyakannya dengan nada khas yang begitu menenangkan.

Apalagi saat yang sering ku adukan hanyalah kata boyong,,
Kau begitu menguatanku,
Kau anggap aku adalah sosok yang kuat.

Kau yakinkan aku adalah yang terbaik,
Kau selalu bisa membuatku luluh dengan segala petuahmu,
Kau peluk segala rasa sakitku.

Setiap ku mengeluh tentang berbagai masalah,
Tapi Ayah ... Ibu ...

Apa putrimu ini membuatku bangga,
Saat uangmu ku gunakan hanya untuk bersenang-senang,
Menyatarakan segalanya agar terlihat sempurna di mata manusia lain.

Saat pengharapanmu kepadaku kujadikan hal yang begitu biasa,
Maafkan aku ...
Jika kesempatan waktu yang sedikit denganmu,
Kau sering ku acuhkan,
Maafkan Aku ...

Jika aku hidup hanya hadir sebagai duka dalam tiap bait duniamu,
Aku tak pernah seperti payung,
Yang melindungimu kala engkau basah kuyup,
Aku tak pernah pula seperti bintang,
Yang hadir seperti teman malammu,
Bercerita dan berbagi denganmu.

Maafkan Ayah ...
Maafkan Ibu ...
Jika banyak yang tak ku mengerti selain keegoisan dan masalahku sendiri,
Tak pelak kutanyakan Ibu.
Bagaimana denganmu,
Tak pelak ku tanyak Ayah ... bagaimana juga denganmu.

Lantas dengan apa aku membalas segalanya,
Tapi kau ikhlas untuk itu,
Begitu bodohnya putrimu,
Saat cinta yang begitu dalam kau berikan padaku malah sering ku abaikan.

Aku lebih mencintai sosok lain yang baru saja aku kenali,
Ayah ... Ibu ...
Saat nanti ijab qobulku telah sah menjadi pemisahku denganmu,
Lalu kapan lagi putrimu ini bisa membanggakanmu Ayah,
Lalu kapan lagi putrimu ini bisa membanggakanmu Ibu.

Aku terlalu malu,
Aku sangat malu menatapmu,
Karena ku tau kesalahanku yang tak cukup di tebus hanya dengan kata maaf.

Tapi Ayah ... Ibu ...
Lihatlah putrimu sekarang ini,
Lihat kami Ayah ...
Lihat kami Ibu ...

Kami tepat didepanmu,
Telah berhasil memeluk segalanya tentang tempat ini,
Putrimu yang sudah bisa menapak diatas telapak kakinya sendiri.

Katakanlah Ayah ... Ibu ...
Kalau hari ini kalian bangga pada putrimu,
Untuk Senin kali ini dari Senin-Senin yang lainnya,.

Kali ini saja Ayah ...
Kali ini saja Ibu ...
Berbanggalah pada putrimu
Dan Do'akanlah agar putrimu selalu membanggakanmu di hari-hari berikutnya.

Peluk kali Ayah ...
Peluk kami Ibu ...
Peluk kami dalam linangan air mata terbahagiamu.

Kali ini saja Ayah ...
Kali ini saja Ibu ...
Lihatlah dan katakanlah putrimu membanggakanmu.

Terima kasih Ayah ...
Terima kasih Ibu ...
Kau lebih dari segalanya.

Itulah puisi minta maaf untuk ayah dan ibu yang menyentuh hati dan semoga puisi diatas dapat bermanfaat untuk anda semua. Jika kalian ingin melihat versi aslinya ketika Felayati membacakan puisi ini secara langsung pada acara Wisuda MTLB Pondok Putri 'Aisyah Kempek Cirebon.