Kumpulan Puisi Selamat Tahun Baru 2020 Yang Menyentuh Hati

Dalam perayaan tahun baru 2020, banyak sekali cara yang dapat kita lakukan agar terkesan positif contohnya saja kita dapat bermunajat agar doa, harapan dan juga cita-cita di masa depan bisa tercapai dengan baik, serta dapat saling memberi motivasi kepada ornag yang ada di sekitar kita.

Kita dapat menggunakan media sosial serta memanfaatkannya untuk saling mengingatkan satu dengan yang lainnya, agar kita tidak terlalu berlebihan dalam merayakan tahun baru 2020, dan jangan sampai perayaan perta tahun baru 2020 ini justru menimbulkan hal hal yang negative.

Pada hari ini tanggal 10 desember 2019 saya akan membuat postingan mengenai puisi tahun baru 2020. Pada puisi ini saya mengumpulkan puisi tersebut dari berbagai sumber di google, dan pastinya telah saya berikan nama pengarang dari puisi tersebut dan sudah saya tentukan puisi yang menyentuh hati dan terbaik dari puisi yang lainnya.


Puisi Selamat Tahun Baru 2020

Puisi ini adalah sebuah puisi yang sangat special untuk kita semua sebelum meninggalkan tahun 2019 dan berganti tahun 2020. tentang kebahagiaan yang kita dapatkan di tahun ini, tentang kesedihan dan lain-lain. Semoga dengan puisi ini kita dapat sedikit flashback tentang apa yang kita lewati selama tahun 2019. Berikut ini adalah puisi selamat tahun baru 2020.

1). SELAMAT TAHUN BARU KAWAN


Pengarang : KH. Ahmad Mustofa Bisri

Kawan, sudah tahun baru lagi,
Belum juga tibakah saatnya kita menunduk,
Memandang diri sendiri,
Bercermin firman Tuhan,
Sebelum kita dihisabNya.

Kawan, siapakah kita ini sebenarnya,
Musliminkah,
Mukminin,
Muttaqin,
Khalifah Allah,
Umat Muhammadkah kita?
Khaira Ummatinkah kita?
Atau kita sama saja dengan makhluk lain,
Atau bahkan lebih rendah lagi,
Hanya budak-budak perut dan kelamin.

Iman kita kepada Allah dan yang ghaib,
Rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan,
Lebih pipih dari kain rok perempuan,
Betapa pun tersiksa,
Kita khusyuk di depan massa,
Dan tiba-tiba buas dan binal,
Justru di saat sendiri bersamaNya.

Syahadat kita rasanya seperti perut bedug,
Atau pernyataan setia pegawai rendahan saja,
kosong tak berdaya.

Shalat kita rasanya lebih buruk dari senam ibu-ibu,
Lebih cepat dari pada menghirup kopi panas,
Dan lebih ramai daripada lamunan 1000 anak pemuda.

Doa kita sesudahnya justru lebih serius,
Memohon enak hidup di dunia dan bahagia di surga.

Puasa kita rasanya sekadar mengubah jadwal makan minum dan saat istirahat,
tanpa menggeser acara buat syahwat,
ketika datang rasa lapar atau haus.

Kita manggut manggut,
ooh...beginikah rasanya,
Dan kita sudah merasa memikirkan saudara saudara kita yang melarat.

Zakat kita jauh lebih berat,
terasa dibanding tukang becak melepas penghasilanya,
untuk kupon undian yang sia-sia.

Kalaupun terkeluarkan,
harapan pun tanpa ukuran upaya-upaya,
Tuhan menggantinya lipat ganda.

Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri,
mencari pengalaman spiritual dan material,
membuang uang kecil dan dosa besar.

Lalu pulang membawa label suci asli made in saudi "HAJI"
Kawan,
lalu bagaimana dan seberapa lama kita bersama-Nya
atau kita justru sibuk menjalankan tugas mengatur bumi seisinya,
mensiasati dunia khalifahnya.

Kawan,
tak terasa kita semakin pintar,
mungkin kedudukan kita sebagai khalifah,
mempercepat proses kematangan kita paling tidak kita semakin pintar berdalih.

Kita perkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan,
Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran,
mengacau dan menipu demi keselamatan.

Memukul,
mencaci demi pendidikan
Berbuat semaunya demi kemerdekaan
Tidak berbuat apa apa demi ketenteraman

Membiarkan kemungkaran demi kedamaian,
pendek kata demi semua yang baik halallah sampai yang tidak baik.

Lalu bagaimana para cendekiawan,
seniman, mubaligh dan kiai sebagai penyambung lidah Nabi.

Jangan ganggu mereka,
Para cendekiawan sedang memikirkan segalanya
Para seniman sedang merenungkan apa saja
Para mubaligh sedang sibuk berteriak kemana-mana
Para kiai sibuk berfatwa dan berdoa
Para pemimpin sedang mengatur semuanya

Biarkan mereka di atas sana,
Menikmati dan meratapi nasib dan persoalan mereka sendiri.

" Gus Mus merupakan Kyai langka, Kyai kritis, Kyai yang juga Budayawan. Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh - Rembang, Jawa Tengah - Indonesia, yang pernah menjadi Rois Am PB NU sampai 2015 menggantikan KH Sahal Mahfudz, ketika dipilih kembali dalam Muktamar NU 2015 beliau menolak dengan alasan ketidakmampuan menyandang posisi tersebut.

Sikap Gus Mus yang rendah hati, reflektif dan mengayomi, sungguh langka saat ini dijumpai di Indonesia dan bahkan dunia. Gus Mus selain Penyair juga Penulis Kolom yang produktif di beberapa Media, untuk terus tidak kenal lelah mengingatkan kemanusiaan kita sebagai manusia. Banyak yang tidak tahu beliau selain pendeklarasi PKB, juga pembuat logo PKB yang sampai sekarang dipergunakan oleh PKB. Sosok yang mulia, tidak hanya patut dikagumi, tapi juga seharusnya kita teladani! "

2). TAHUN YANG BARU


Pengarang : @Brian.khrisna

Yang pergi,
akan menjadi kenangan,
Yang buruk,
akan perlahan-lahan menjadi indah.

Yang meninggalkan,
akan selalu dikenang,
Yang ditinggalkan,
akan menemukan yang lebih indah.

Selamat Jalan.

Untuk semua yang telah terjadi,
dan yang sedang terjadi.
Dari segala bahagia,
aku mengucap syukur.

Dari segala kehilangan,
aku belajar bertafaktur.
Di beberapa tanggal,
mungkin aku sempat mengeluh.

Namun di akhir cerita,
aku mulai mengerti mengapa dulu itu,
semua harus terjadi.

Kepada yang dulu pernah dekat,
dan yang tidak menemani di akhir,
kepada yang sempat digenggam namun meronta pergi.

Kepada yang berkata tinggal namun ternyata tanggal,
kepada kumpulan luka, derita,
dan bahagia yang sempat menjadi makna indahnya sebuah cerita.

Terima kasih,
untuk semuanya.

Puisi yang menyentuh hati diatas dapat anda bagikan terutama pada keluarga anda dan selanjutnya dapat anda bagiakan kepada teman teman anda yang menurut anda terbaik bagi anda. Semoga puisi tahun baru diatas dapat bermanfaat untuk sahabat sekalian, sekian dan terima kasih.